"Melaju bahtera laju, bersama angin utara. Menuju pulau-pulau di timur nun jauh li sana. Lihatlah cahaya air, gemilang di sinar surya...."
Said Effendi adalah musisi pada dekade tahun 1960-an. Said Effendi, dilahirkan pada 6 Agustus 1923 di Besuki, Jawa Timur, Indonesia. Masa kecilnya terbilang suram. Baru berusia 6 tahun, Said telah ditinggal ibunya untuk selamanya. Ayahnya yang berusaha sebagai pedagang keliling sering meninggalkan rumahnya. Sekolahnya tak menentu. Suatu ketika ia bahkan dikeluarkan dari sekolah. Tapi sejak usia 5 tahun ia biasa bangun pagi, berangkat ke surau untuk melantunkan adzan.
Pada 1950-an, Pada 1950-an, selain ada A. Harris, juga ada nama-nama populer lain seperti Emma Gangga, Hasnah Thahar, dan Juhana Satar. Tapi, kemudian datang masa ketika supremasi terhadap lagu-lagu berirama Melayu direbut negeri jiran Malaysia. Popularitas P. Ramlee, biduan Malaysia yang mengaku keturunan Aceh, memindahkan kiblat musik Melayu (dangdut..) ke negeri itu.
Lewat Engkau Laksana Bulan dan Azizah, P. Ramlee berjaya tak tersaingi. Apalagi, setelah itu ia juga membintangi beberapa film layar lebar. Popularitasnya di Indonesia pun makin subur. Semua yang berbau Ramlee menjadi trend. Tapi, pada 1960-an, muncullah Said Effendi, yang berhasil mengembalikan supremasi irama Melayu dari Malaysia ke Indonesia. Singkatnya dia berhasil menyalip kesuksesan P. Ramlee yang sangat melegenda.
Lewat lagu Bahtera Laju, Said Effendi menempatkan diri sebagai pelantun irama Melayu nomor wahid negeri ini. Ia menyingkirkan popularitas P. Ramlee. Said Effendi memiliki lagu-lagu populer yang diciptakannya sendiri, seperti Bahtera Laju, Timang-timang, dan Fatwa Pujangga, serta lagu karya orang lain, misalnya Semalam di Malaysia (Syaiful Bahri) dan Diambang Sore (Ismail Marzuki). Ketenaran Said Effendi makin tak tertahan ketika ia muncul dengan lagu Seroja karya Husein Bawafie.
Sukses Seroja menarik minat sutradara Nawi Ismail untuk menokohkan Said Effendi ke dalam film dengan judul yang sama. Setelah itu, sutradara Asrul Sani pun menarik Said Effendi untuk membuat film Titian Serambut Dibelah Tujuh.
Said Effendi sendiri sangat tak senang dengan istilah dangdut. "Istilah itu muncul karena perasaan sinis dari mereka yang anti," katanya. Ia tak salah. Istilah dangdut pada mulanya memang populer sebagai ejekan sebagian musikus rock terhadap jenis musik yang berakar pada musik India, Melayu Deli, dan gambus itu dan pernah mengusulkan "irama tabla" sebagai pengganti istilah dangdut, dengan alasan dangdut itu sekadar tiruan bunyi instrumen tabla.
Semasa hidpnya Said Effendi telah menghasilkan sekitar 40 lagu.
Beberapa karya Said Effendi:
- Asmara Dewi (1948)
- Bahtera Laju
- Lagu Rindu
- Timang-timang
- Asmara Dewi
- Potong Padi
- Hanya Nyanyian
- Serodja
- Titian serambut Dibelah Tujuh
No comments:
Post a Comment